(draft Buku "BERTANI
DAN BERDAGANG SECARA ISLAMI". Seri
Buku “Sosial Ekonomi Pertanian Islam. Draft I – April 2020. Oleh: SYAHYUTI)
Niat menulis buku ini
sederhana. Setiap keliling desa, dalam tugas sebagai peneliti Sosiologi
Pertanian, rasanya akan sangat indah andaikan bisa berbagi oleh-oleh buku ini.
Mereka petani bertani setiap hari, membenamkan kaki ketika lumpur di sawah
masih dingin, lalu pulang ketika ayam-ayam sudah kembali ke kandangnya. Mereka
menanam, menyiang, memelihara, membersihkan rumput, dan seterusnya: namun
mereka sepertinya belum dipandu sesuai pedoman Islam, utamanya dalam bermuamalah. Apakah yang sudah dilakukan
petani ini sudah benar? Sudahkah sesuai Islam? Apakah bertani dan bermuamalah
seputar bertani ini diridhoi Allah SWT?
Dengan membaca buku ini Saya
ingin mereka akan bangga jadi petani. Bahwa betapa mereka adalah penghasil
pangan masyarakat. Mereka berada di bagian dasar siklus kehidupan ini. Mereka
menumbuhkan sebutir biji padi menjadi beribu dan berjuta. Petani menanam benih,
menghidupkan dunia, memberi nafas semesta.
Saya bekerja sebagai peneliti
bidang Sosiologi Pertanian di Kementerian Pertanian sudah hampir 30 tahun. Saya
mempelajari pertanian, dan Saya Islam. Maka, sejak lama Saya ingin
menghubungkan keduanya: “pertanian yang Islami”. Karena bidang saya ilmu
sosial, maka isinya lebih banyak pada aspek-aspek sosial budaya seputar
bertani, bukan bertani itu sendiri dalam arti teknologi budidaya, meskipun
sedikit banyak disinggung pula bagaimana praktek bertani yang Islami.
Buku ini, sebagaimana buku Saya
sebelumnya “Tangan-Tangan yang Dicium Rasul”, selalu membuat saya ragu. Apakah
saya telah benar dan tepat memahami Islam. Saya menulis ajaran-ajaran Islam,
mengutip ayat dan hadits, yang saya sendiri tidak pernah yakin apakah Saya
telah benar. Kenapa? Karena saya tidak pernah belajar Islam secara formal.
Belum pernah nyantri. Maka itu, para Pembaca mohon untuk bijak untuk melihat
buku ini sebagai “pemancing” saja. Setelah membaca buku ini, Saya harap Bapa
Ibu pembaca akan tertarik untuk lalu mempelajari secara lebih jauh tentang
perihal bertani dan Islam ini. Karena “gemes” pada kesederhaan buku ini, maka
Bapa Ibu tentu akan membuat yang lebih baik.
Karena saya bukan Ustadz, maka
mohon maaf, buku ini tidak memberikan kupasan yang dalam dan memuaskan. Ini
hanya buku pengantar saja yang disusun secara praktis dengan bahasa populer,
sehingga diharapkan pembaca dapat dengan mudah membacanya.
Judulnya “Bertani dan Berdagang
secara Islami”, karena bertani juga akan menjualkan hasil panennya. Setiap
petani akan berdagang pula. Sementara, pedagang yang Saya maksud disini adalah
yang masih terbatas di bidang pertanian. Pedagang kecil-kecilan. Yakni
perdagangan yang berlangsung setiap hari di desa-desa dan kota-kota kecamatan
mungkin. Maka, penulisannya menjadi “petani-pedagang”. Yakni: petani yang
pedagang, atau pedagang yang masih sebatas pada komoditas pertanian.
Tadinya Saya bermaksud melabeli
ini sebagai “Seri Islam for All”, terus berubah menjadi “Islam for Life”, lalu
menjadi “Seri Buku Sosial Ekonomi Pertanian Islam”. Ya, Saya kerja sebagai
peneliti sosial ekonomi pertanian udah lebih 25 tahun, dan muslim (insyaAllah),
merasa tertantang untuk mewujudkan kira-kira seperti apa jadinya SOSIAL EKONOMI
PERTANIAN ISLAM.
Kita sudah akrab dengan Ilmu
Ekonomi, Ekonomi Pertanian, dan Ekonomi Islam. Tapi di jagad google belum
ketemu frasa "Islamic Agricultural- Socioeconomics", "Islamic
Food Economy", "Islamic land reform" dan seterusnya.
Menunggu-nunggu orang pintar membuat ini ga ada-ada juga, ..... hehe. Nanya
kesana-sini ga ada yang respon. Kata orang: "jika kita mencari sesuatu
buku namun belum ada, maka tulislah!".
Mengapa “Islam for life”? Begitu semaraknya dakwah di berbagai media dengan berbagai metode, terlihat memberi kesan bahwa beragama adalah agar kita lulus nanti di yaumil hisab pada hari perhitungan di akhirat. “Islam for akhirat”. Nah dari buku ini Saya ingin menyampaikan sisi-sisi lain yakni Islam adalah pedoman untuk selamat dan sukses hidup di dunia. Ber-Islam untuk hidup sehari-hari. Hidup di dunia dijalankan secara syari’I, agar ke akhirat lancar. Begitu kira-kira.
Mengapa “Islam for life”? Begitu semaraknya dakwah di berbagai media dengan berbagai metode, terlihat memberi kesan bahwa beragama adalah agar kita lulus nanti di yaumil hisab pada hari perhitungan di akhirat. “Islam for akhirat”. Nah dari buku ini Saya ingin menyampaikan sisi-sisi lain yakni Islam adalah pedoman untuk selamat dan sukses hidup di dunia. Ber-Islam untuk hidup sehari-hari. Hidup di dunia dijalankan secara syari’I, agar ke akhirat lancar. Begitu kira-kira.
Sebenarnya keinginan dan pengumpulan
bahannya sudah berlangsung ga kurang 10 tahun terakhir, namun baru bisa menjadi
draft yang lumayan lengkap ini setelah diwajibkan kerja di rumah (work from home), duduk depan komputer
belasan jam sehari, demi pengendalian wabah virus COVID-19 semenjak pertengahan
Maret 2020.
Demikian. Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat dan menjadi amal saleh untuk kita
semua, …. aamiin.
Bogor April
2020
SYAHYUTI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar