Minggu, 10 Mei 2020

.5.3. MEMASAK SECARA ISLAMI

(Draf Buku “BERTANI DAN BERDAGANG SECARA ISLAMI” . Seri Buku Sosial Ekonomi Pertanian Islam.  Draft I – April 2020. Oleh: SYAHYUTI)


Pada prinsipnya, memasak merupakan satu bagian dalam proses pengolahan pangan. Bentuk-bentuk pengolahan selengkapnya adalah berupa proses pengawetan, pengemasan dan penyimpanan produk pangan (misalnya pengalengan), pemanggangan, merebus, menggoreng, dan seterusnya. Secara umum pengolahan bahan pangan berprotein dapat dilakukan secara fisik, kimia atau biologis. Secara fisik biasanya dilakukan dengan penghancuran atau pemanasan, secara kimia dengan penggunaan pelarut organik, pengoksidasi, alkali, asam atau belerang dioksida; dan secara biologis dengan hidrolisa enzimatis atau fermentasi. Di antara cara pengolahan tersebut, yang paling banyak dilakukan adalah proses pengolahan menggunakan pemanasan seperti sterilisasi, pemasakan dan pengeringan.

Makanan halal dan thoyib mencakup bahan bakunya dan cara memasaknya. Dalam konteks thoyib, makanan sebagai sumber energi untuk kehidupan tidak  bisa asal telan saja.

Memasak adalah pekerjaan sehari-hari, ga mungkin tidak ada tuntunan nya dalam Islam. Tapi, adakah yang bertanya, apakah selama ini cara kita memasak sudah benar sesuai tuntunan Islam? Yuk kita pelajari sejauh apa Islam mengajarkan ini.

Memasak adalah ibadah. Masaklah makanan yang halal dan thoyib, hindari dari syubhat atau meragukan kehalalannya. Memasak harus dapat mendatangkan pahala. Tidak hanya sekedar enak, namun hidangan atau makanan yang kita sajikan harus mendatangkan keberkahan.

Memasak, yakni memproses bahan mentah sampai matang, menjadi  siap dan sehat dikonsumsi, adalah sebuah ibadah. Butuh waktu untuk mengerjakannnya setiap hari, pagi, siang dan sore. Kita juga butuh belajar agar pandai memasak dengan benar dan enak. Ibu-ibu perlu tekun dan sabar belajar.

Ilmu Dasar Memasak

Memasak jelas butuh ilmu, sehingga kelas-kelas memasak (cooking class) pun jadi berkembang. Selain kursus-kursus pendek,  sekolah-sekolah internasional memasak pun menjamur. Untuk menjadi seorang chef bahkan perlu belajar sampai ke Eropa yang dianggap kiblatnya makanan dunia. 

Intinya bahan makanan adalah air. Hampir semua masakan menggunakan air, baik untuk merebus, menyayur, menggulai, dan mengungkep. Pembaca ingat bahwa air bereaksi terhadap doa-doa yang baik. Seorang peneliti Jepang (Dr. Masaru Emoto) di tahun 1994 telah membuktikan bahwa air mampu mentransmisikan  emosi yang kita miliki. Sebuah kata bisa mempengaruhi bentuk molekul air. Ketika seseorang diminta memberikan bacaan doa pada air, ternyata yang terbentuk kemudian adalah molekul air seperti berlian dan berkilau. Itu membuktikan bahwa bila air diberikan bacaan buruk maka akan bersifat tidak baik. Sebaliknya, bila diberikan bacaan baik, air akan bersifat positif. Kata-kata baik, do’a tentu perkataan sangat baik, akan membentuk kristal air yang indah. Ia akan sebaik air zamzam. Susunan molekul air zamzam berstruktur sangat indah, teratur, cantik bak berlian yang berkilauan, dan memancarkan lebih dari 12 warna jika dibekukan.

Karena itu, bersikap baiklah selama memasak! Cara yang paling baik tentu banyak berzikir dan berdoa. Bagaimana hukumnya mendoakan makanan (yang di dalamnya ada air), atau mendoakan segelas air? Beberapa riwayat menyebutan bahwa Rasulullah SAW pernah mendoakan seseorang dengan memintanya meminum air yang telah dibacakan doa. Minum air yang dibaca Al Fatihah atau surah-surah lain dalam Al Qur’an adalah boleh dan tidak mengandung unsur syirik selama ia meyakini kesembuhan itu hanya karena Allah SWT. Air hanyalah sarana. Hal ini sering dicontohkan para ulama.
Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang mengobati orang sakit dengan cara membacakan Al Qur’an pada air lalu diminumkan kepadanya atau membacakan Al Qur’an pada minyak lalu dioleskan kepadanya dan juga membacakan Al Qur’an pada cangkir yang bertuliskan Ayat Kursi lalu dituangi air dan diminumkan kepada si pasien. Apakah semua itu ada contohnya dalam sunnah Nabi?

Dikisahkan bahwa Ahmad bin Hanbal, pernah mengatakan: “Setiap kali saya sakit seringkali ayahku mengambil bejana berisi air lalu membacainya kemudian menyuruhku untuk meminum sebagiannya serta membasuh muka dan kedua tanganku dengan sisanya.”
Air seolah “hidup”.

Ibnul Qayyim rahimahullah juga pernah bercerita bahwa dirinya pernah berobat dengan meminum air zamzam yang dibacakan surah Al Fatihah beberapa kali, waktu itu beliau sedang berada di Makkah dan jatuh sakit dan tidak menemukan obat atau dokter maka beliau mengambil air zamzam dan membacakannya surah Al Fatihah beberapa kali kemudian meminumnya dan ternyata dia sembuh total.

Jadi intinya, agar makanan memberi berkah terbaik, sangat lah dianjurkan mendoakannya. Wallahu a’lam.

Adab-Adab Memasak

Khusus bagi Ibu-ibu yang setiap hari memasak, apabila Anda semua menerapkan adab-adab dalam memasak, maka selain mendapatkan pahala memasak, makanannya pun akan lebih barokah. Misalnya disunnahkan membaca Surah Al-Insyirah supaya apabila anak-anak kita memakan makan tersebut, Allah akan menerangkan hati dan memudahkan mereka faham akan ilmu yang dipelajari.

Bayangkan makanan yang dimakan suami dan anak-anak kita, yang sepanjang proses didoakan oleh si Ibu yang memasaknya dengan penuh cinta, dan memohon ridho kesehatan dari Allah SWT. Indah sekali.

Berikut beberapa adab memasak agar makanan yang kita hidangkan menjadi berkah:

1.       Berwudhu sebelum memasak. Selain sebagai amalan yang bermanfaat, secara medis berwudhu juga akan membuat tubuh kita bersih sebelum memasak. Rasulullah SAW mengajarkan kita agar selalu dalam keadaan bersih dan menjaga wudhu sepanjang hari.

2.       Melaksanakan salat sunah dua rakaat. Dengan salat dua rakaat sebelum memasak, InshaAllah Allah akan menambahkan banyak kebaikan terhadap makanan yang akan disajikan.

3.       Berdoa sepanjang prosesnya. Salah satu doa saat masuk dapur yang bisa dibaca misalnya adalah:Robbanaaa Aatinaa mil ladunka rahmatan wahai yik lanaa min amrinaa rosyadaa.Yang artinya, “Ya Allah, Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat yang besar dari sisi-Mu dan persiapkanlah petunjuk untuk kami terhadap urusan kami”). Demikian pula, setiap memegang alat masak serta bahan-bahan makanan kita dianjurkan untuk berdoa. Biasakan untuk mengucapkan basmallah agar memasak bernilai Ibadah, dan tangan kita akan dibimbing Allah SWT sehingga makanan menjadi lezat. Juga banyak doa-doa yang lain misalnya saat mengambil beras (Surat An Nahl ayat 96), hendak mencuci beras, ketika membuka panci, menaruh beras ke dalam panci (Ali Imran: 200), mengaduk makanan (An najm: 58), saat memotong sayur, buah dan ikan (Al Baqarah: 71), meletakkan panci di atas kompor (Al Baqarah: 137), akan menyimpan beras ke tempatnya (Ali Imran :27).

4.       Aduk masakan dari kanan ke kiri. Adakalanya untuk makanan tertentu butuh waktu mengaduk yang lama, maka sebaiknya membaca doa: “Lai salahaa min duunillahi kaasyifah.” (Tidak ada yang dapat menyatakan hari itu selain Allah).

5.       Membaca salawat dan istigfar sebanyak tiga kali. Alih-alih bergosip atau bergunjing, perbanyaklah dzikir, insyaAllah makanan lebih lezat dan berkah. Wallahu a’lam.

 

Memasak yang baik

Ada dua syarat makanan yakni halal dan baik (thoyib). Perihal toyib berkenaan dengan ilmu alam, yakni bagaimana memilih bahan makanan, menyimpannya, mengolahnya, memasaknya, dan menyajikannya. Bagaimana agar makanan menjadi toyib sehingga tidak merusak zat gizinya yang sangat berharga?

Bahan-bahan pangan yang kaya nutrisi akan hilang bila dimasak dengan cara yang salah. Misalnya, memasak dengan suhu tinggi bisa menghancurkan vitamin dalam sayuran, terutama vitamin C, folat, dan potasium sampai 20 persen. Maka itulah kita faham mengapa berkembang aliran penganut makanan mentah (raw food). Mereka meyakini cara terbaik menyajikan makanan adalah dengan tidak memasaknya.

Namun demikian, banyak penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar makanan justru akan lebih bernutrisi setelah dimasak, misalnya saja wortel, bayam, dan tomat. Proses pemasakan akan membantu pelepasan antioksidan dengan cara menghancurkan dinding sel sehingga zat-zat penting dalam sayuran itu lebih mudah diserap tubuh.

Jadi, yang terbaik adalah tetap diolah namun secukupnya. Ada satu artikel sederhana yang relevan dipelajari berjudul Why Processed Food is bad for You” [1]. Ya, makanan yang proses memasaknya terlalu lanjut, yang melibatkan mechanical processing and chemical processing, memiliki lima bahaya yaitu: terlalu banyak gula (hidden sugars), materinya tidak lagi bahan makanan yang kita kenal namun menjadi chemicals created, kalorinya rendah, bikin gendut, dan terlalu banyak mengandung trans fats atau processed vegetable oils.

Perlu dicatat satu point di artikel ini bahwa: “Processed Food Is Not Really Food”. (Makan yang diproses terlalu berlebihan bukan disebut makanan lagi). Banyak riset menyatakan, semakin jauh proses semakin rusak zat gizi. Sebaliknya, makanan yang baik yang proses memasaknya paling minimalis. 

Tips Memasak Agar Gizi Tidak Hilang

Proses pengolahan dan penyimpanan bisa membuat gizi pada bahan makanan hilang atau rusak. Karena itu, perlakukan lah bahan makanan sebaik mungkin, jangan asal memasukkannya ke lemari pendingin misalnya. Cara mengolah makanan berpengaruh terhadap kualitas nutrisinya. Nilai gizi makanan segar lebih baik ketimbang yang dibekukan, tetapi gizi makanan beku masih lebih baik dibanding makanan kalengan. Sayuran yang dibekukan sesaat setelah dipanen berisi lebih banyak vitamin daripada sayuran segar yang langsung diangkut melintasi wilayah untuk dipasarkan.

Memasak dengan sehat sebenarnya mudah untuk dilakukan. Anda dapat berkreasi dalam memodifikasi menu makanan dengan alternatif yang lebih sehat, misalnya dengan menggunakan alat masak anti lengket untuk mengurangi kebutuhan minyak goreng atau mentega.

Berikut cara memasak paling sehat yang bisa meminimalkan kerusakan gizi:

·         Menggunakan microwave. Cara ini merupakan salah satu cara terbaik dan paling sehat. Dengan menggunakan microwave waktu memasak lebih singkat, sehingga kerusakan nutrisi dapat ditekan. Agar makanan tidak terlalu kering, dapat ditambahkan sedikit air sebelum dipanaskan.

·         Menggunakan panci tekan. Memasak dengan panci tekan (pressure cooker) atau presto dapat memperpendek waktu masak juga. Selain itu, rasa dari makanan tidak hilang. Metode ini cocok untuk daging, buah, dan kacang-kacangan.

·         Mengukus. Hampir semua ibu tahu bahwa mengukus makanan merupakan salah satu pengolahan makanan terbaik. Mengukus akan membuat kandungan gizi makanan tetap terjaga. Tak hanya sayuran saja, Anda juga dapat mengukus ikan ataupun jenis makanan lainnya. Mengukus tidak memerlukan minyak, kematangan makanan lebih merata, rasa dan nutrisi makanan pun tidak hilang. Untuk sayuran, lebih banyak kandungan gizi yang terjaga dengan metode mengukus dibandingkan dengan merebus.

·         Merebus. Saat merebus makanan, pastikan Anda memasaknya dengan cara yang tepat seperti suhu tidak terlalu tinggi, tidak terlalu lama, dan jangan terlalu banyak air. Anda dapat merebus segala macam sayuran seperti brokoli, bayam, wortel, kol ataupun zucchini sayuran yang mirip dengan mentimun hijau. Apabila merebus daging, lapisan lemak yang mengambang di bagian atas air rebusan dapat dengan mudah disingkirkan. Kuah sup yang dihasilkan dari metode rebusan juga kaya akan rasa dan kandungan gizi.

·         Membakar atau memanggang. Orang Indonesia sangat menyukai makanan yang dibakar seperti sate,  serta ayam dan ikan bakar. Ketika memanggang, kelebihan lemak yang ada di makanan akan keluar. Proses ini juga tidak memerlukan minyak untuk memasak. Rasa dan aroma makanan lebih renyah dan wangi. Namun sebaiknya jangan terlalu sering mengonsumsi makanan yang dibakar. Arang yang menempel pada makanan konon bersifat karsenogenik atau penyebab kanker. Saat mengonsumsi makanan ini, pastikan Anda mengimbanginya dengan makanan yang kaya akan antioksidan seperti kemangi untuk lalapan.

·         Menumis. Selain mudah dan cepat dilakukan, menumis juga dapat diterapkan pada segala bahan makanan. Agar lebih sehat, Anda dapat mengganti minyak goreng dengan minyak yang lebih sehat misalnya minyak zaitun. Menumis makanan hanya memerlukan sedikit minyak sehingga mengurangi kelebihan lemak dan kalori dari minyak. Umumnya menumis hanya membutuhkan waktu sebentar, sehingga kandungan gizi dalam makanan masih terjaga. Metode ini cocok untuk sayur dan daging.

Penanganan, penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sering menyebabkan terjadinya perubahan nilai gizinya, yang sebagain besar tidak diinginkan. Zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan akan rusak pada sebagaian besar proses pengolahan karena sensitif terhadap pH, oksigen, sinar dan panas atau kombinasi diantaranya. Zat gizi mikro terutama tembaga dan zat besi serta enzim kemungkinan sebagai katalis dalam proses tersebut. Selain merusak zat-zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan, pengolahan yang tepat bahkan dapat menguntungkan yakni dengan memperbaiki kadar kandungan zat gizi melalui peningkatan daya cerna serta  menurunkan berbagai senyawa  antinutrisi yang terkandung di dalamnya.

Proses pengolahan yang paling umum adalah pemanasan seperti sterilisasi, pemasakan dan pengeringan. Sementara itu protein merupakan senyawa reaktif yang dapat berikatan dengan komponen lain, misalnya gula pereduksi, polifenol, lemak dan produk oksidasinya serta bahan tambahan kimia lainnya seperti alkali, belerang dioksida atau hidrogen peroksida. Perlakuan dengan alkali dapat menyebabkan terjadinya rasemisasi asam amino, perubahan bentuk L menjadi bentuk D. Selain itu  juga dapat terjadi reaksi antara asam amino lisin dan alanin membentuk lisiolalanin. Selain itu reaksi antara protein dengan gula pereduksi yang dikenal dengan reaksi Maillard, juga merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan protein selama pengolahan dan penyimpanan.

Semua bahan mentah merupakan komoditas yang mudah rusak. Sejak dipanen, bahan pangan mentah, baik tanaman maupun hewan akan mengalami kerusakan melalui serangkaian reaksi biokimiawi. Kecepatan kerusakan sangat bervariasi, dapat terjadi secara cepat hingga relatif lambat. Satu faktor utama kerusakan bahan pangan adalah kandungan air aktif secara biologis yang ada dalam jaringan. Bahan mentah dengan kandungan air aktif secara biologis yang tinggi dapat mengalami kerusakan dalam beberapa hari saja, misalnya bahan sayuran dan daging. Sementara itu, biji-bijian kering yang hanya mengandung air struktural dapat disimpan hingga satu tahun pada kondisi yang benar. Penanganan, penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sering menyebabkan terjadinya perubahan nilai gizinya, yang sebagain besar tidak diinginkan.

Zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan akan rusak pada sebagaian besar proses pengolahan karena sensitif terhadap pH, oksigen, sinar dan panas atau kombinasi diantaranya. Zat gizi mikro terutama tembaga dan zat besi serta enzim kemungkinan sebagai katalis dalam proses tersebut. Selain proses pengolahan yang tidak diinginkan karena banyak merusak zat-zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan, proses pengolahan dapat bersifat menguntungkan terhadap beberapa komponen zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan tersebut, yaitu perubahan kadar kandungan zat gizi, peningkatan daya cerna dan ketersediaan zat-zat gizi serta penurunan berbagai senyawa antinutrisi yangterkandung di dalamnya. Proses pemanasan bahan pangan dapat meningkatkan ketersediaan zat gizi yang terkandung di dalamnya, misalnya pemanasan kacang-kacangan (kedelai) mentah dapat meningkatkan daya cerna dan ketersediaan protein yang terkandung di dalamnya.

Selain itu proses fermentasi kedelai dalam proses pembuatan tempe misalnya, juga dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein yang akan meningkatkan daya cerna protein tersebut. Senyawa neurotoksin akan aman apabila dikonsumsi dalam jumlah yang kecil. Senyawa ini akan banyak yang rusak setelah diolah.

Avidin dalam telur merupakan senyawa yang dapat mengikat biotin, namun avidin akan rusak oleh adanya pemanasan dalam proses pengolahan. Pada umumnya pemanasan akan meningkatkan daya cerna bahan pangan sehingga meningkatkan kegunaan zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya. Namun demikian, pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan nilai sensoris dan nilai gizi produk pangan olahan. Untuk itu, maka kunci utama dalam proses pengolahan bahan pangan, baik di tingat rumah tangga maupun di industri adalah melakukan optimisasi proses pengolahan untuk menghasilkan produk olahan yang secara sensoris menarik dan tinggi nilai gizinya.

Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi protein

Reaksi-reaksi yang terjadi selama pengolahan bahan pangan dapat menyebabkan menurunnya nilai gizi protein akibat terjadinya penurunan daya cerna protein dan ketersediaan atau availabilitas asam-asam amino esensial. Pengolahan bahan pangan berprotein yang tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan terjadinya penurunan nilai gizinya. Protein merupakan senyawa reaktif yang tersusun dari beberapa asam amino yang mempunyai gugus reaktif yang dapat berikatan dengan komponen lain, misalnya gula pereduksi, polifenol, lemak dan produk oksidasinya serta bahan tambahan kimia lainnya seperti alkali, belerang dioksida atau hidrogen peroksida.

Perlakuan dengan alkali dapat menyebabkan terjadinya rasemisasi asam amino, perubahan bentuk L menjadi bentuk D. Selain itu juga dapat terjadi reaksi antara asam amino yang satu dengan yang lain, misalnya terbentuknya lisiolalanin dari lisin dan alanin. Ini akan dapat menyebabkan menurunnya nilai gizi protein akibat terjadinya penurunan daya cerna protein dan ketersediaan atau availabilitas asam-asam amino esensial. Selain itu, reaksi antara protein dengan gula pereduksi yang dikenal dengan reaksi Maillard, juga merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan protein selama pengolahan dan penyimpanan.

Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi karbohidrat

Ditinjau dari nilai gizinya, karbohidrat dalam bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) Karbohidrat yang dapat dicerna, yaitu monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa dsb); disakarida (sukrosa, maltosa, laktosa) sertapati; dan (2) Karbohidrat yang tidak dapat dicerna, seperti oligosakarida penyebab flatulensi (stakiosa, rafinosa dan verbaskosa) serta serat pangan (dietary fiber) yang terdiri dari selulosa, pektin, hemiselulosa, gum dan lignin.

Beberapa cara pengolahan dapat menurunkan atau meningkatkan nilai gizi karbohidrat. Pada umumnya setelah proses pengolahan bahan pangan, akan terjadi kerusakan lemak yang terkandung di dalamnya. Tingkat kerusakannya sangat bervariasi tergantung suhu yang digunakan serta lamanya waktu proses pengolahan. Makin tinggi suhu, kerusakan lemak makin parah.

Pengaruh pemanggangan terhadap karbohidrat umumnya terkait dengan terjadinya hidrolisis. Sebagai contoh, pemanggangan akan menyebabkan gelatinisasi pati yang akan meningkatkan nilai cernanya. Sebaliknya, peranan karbohidrat sederhana dan kompleks dalam reaksi Maillard dapat menurunkan ketersediaan karbohidrat  dalam produk-produk hasil pemanggangan. Proses ekstrusi HTST (high temperature, short time) diketahui dapat mempengaruhi struktur fisik granula pati metah, membuatnya kurang kristalin, lebih larut air dan mudah terhidrolisis oleh enzim. Proses tersebut dikenal dengan istilah pemasakan ataugelatinisasi. Karena kondisi kelembaban rendah pada ektruder, gelatinisasi secara tradisional yang melibatkan perobekan (swelling) dan hidrasi granula pati tidak terjadi.

Proses ekstrusi HTST kira-kira memasak menggunakan gas dengan api besar. Suatu penelitian menemukan bahwa proses ekstrusi membuat pati lebih peka terhadap alfa-amilase bila dibandingkan dengan perebusan. Kondisi ekstrusi yang ekstrim meningkatkan kadar gula dan insulin dalam plasma lebih cepat dibandingkan dengan proses perebusan. Penelitian lain melaporkan bahwa beberapa hasil hidrolisis pati dihasilkan selama proses ekstrusi.

Adanya mono dan oligosakarida, seperti glukosa, fruktosa, melibiosa, maltosa dan maltriosa membuktikan bahwa polisakarida didegradasi selama proses ekstrusi untukmenghasilkan produk yang lebih mudah dicerna. Selain itu juga diteliti pengaruh ekstrusi terhadap fraksi amilosa dan amilopektin tepung gandum dan singkong. Hasilnya menunjukkan bahwa rantai makromolekul terpecah menjadi dua molekul tersebut, amiloda dan amilopektin, yang diindikasikandari viskositas, permeasi gel-kromatografi dan berat molekul rata-ratanya.

Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi vitamin dan mineral

Stabilitas vitamin di bawah berbagai kondisi pengolahan akan bervariasi. Vitamin A akan stabil dalam kondisi ruang hampa udara, namun akan cepat rusak ketika dipanaskan dengan adanya oksigen, terutama padasuhu yang tinggi. Vitamin A akan rusak seluruhnya apabila dioksidasi dan didehidrogenasi, dan lebih sensitif terhadap sinar ultra violet. 

Asam askorbat sedikit stabil dalam larutan asam dan terdekomposisi oleh adanya cahaya. Proses dekomposisi sangat diakselerasi oleh adanya alkali, oksigen, tembaga dan zat besi.Asam lemak esensial terisomerisasi ketika dipanaskan dalam larutan alkalidan sangat sensitif terhadap sinar, suhu dan oksigen. Apabila dioksidasi, akan menjadi inaktif secara biologis dan kemungkinan bersifat toksik.

Sementara, stabilitas vitamin D dipengaruhi oleh pelarut pada saat vitamin tersebut dilarutkan, namun akan stabil apabila dalam bentuk kristal disimpan dalam botol gelas tidak tembus pandang. Pada umumnya vitamin D stabil terhadap panas, asam dan oksigen. Vitamin ini akan rusak secara perlahan-lahan apabila suasana sedikit alkali, terutama dengan adanya udara dan cahaya. Ini lain dengan vitamin K yang stabil terhadap panas dan senyawa pereduksi, namun sangatlabil terhadap alkohol, senyawa pengoksidasi, asam kuat dan cahaya.

Stabilitas vitamin dibawah berbagai kondisi pengolahan relatif bervariasi. Vitamin A akan stabil dalam kondisi ruang hampa udara, namun akan cepat rusak ketika dipanaskan dengan adanya oksigen, terutama pada suhu yang tinggi. Vitamin tersebut akan rusak seluruhnya apabila dioksidasi dan didehidrogenasi. Vitamin ini juga akan lebih sensitif terhadap sinar ultra violet dibandingkan dengan sinar pada panjang gelombang yang lain.

Untuk mineral, pada umumnya garam-garam mineral tidak terpengaruh secara sigifikan dengan perlakuan kimia dan fisik selama pengolahan. Dengan adanya oksigen, beberapa mineral teroksidasi menjadi mineral bervalensi lebih tinggi, namun tidak mempengaruhi nilai gizinya. Meskipun beberapa komponen pangan rusak dalam proses pemanggangan bahan pangan, proses tersebut tidak mempengaruhi kandungan mineral dalam bahan pangan. Sebaliknya, perlakuan panas akan sangat mempengaruhi absorpsi atau penggunaan beberapa mineral, terutama melalui pemecahan ikatan, yang membuat mineral-mineral tersebut kurang dapat diabsorpsi oleh usus

Wallahu alam bishshawab.

(Jujur saja, pada 10 halaman terakhir ini, Saya ga faham maksudnya apa, … hehe. Saya main kutip saja. Mohon pembaca pelajari lebih jauh kebenarannya, biar ga sesat. Maaf)

 ****

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar