(Draf Buku “BERTANI
DAN BERDAGANG SECARA ISLAMI” . Seri
Buku Sosial Ekonomi Pertanian Islam. Draft I – April 2020. Oleh: SYAHYUTI)
Beberapa perilaku tak terpuji yang banyak selama ini adalah makan dan minum sambil berdiri, makan atau
minum dengan tangan kiri, tidak berdoa sebelum makan atau minum, dan
membuang-buang makanan. Ingat: dari empat negara
paling banyak membuang-buang makanan sedunia, tiga di antaranya adalah Arab
Saudi, Indonesia, dan Uni Emirat Arab. Berikut
adalah adab dalam makan minum.
Menyantap sesudah makanan dingin
Dari Asma’ binti Abu Bakar RA, jika beliau membuat roti maka beliau tutupi roti
tersebut dengan sesuatu sampai panasnya hilang. Kemudian beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda:sesungguhnya hal tersebut lebih besar berkahnya.” (HR. Darimi dan Ahmad). Dari Abu Hurairah RA diriwayatkan: “Makanan
itu tidak boleh disantap kecuali jika asap makanan yang panas sudah hilang.”
Ya, sebaiknya tidak menyantap makanan yang masih panas,
atau juga sangat dingin.
Makan lah makanan
halal
Makanlah makanan yang halal lagi baik. “Hai para rasul, makanlah yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya
Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mu`minun: 51)
Memuji
makanan dan tidak mencelanya
Dianjurkan
memuji makanan dan dilarang mencelanya. Rasulullah SAW tidak pernah mencela
makanan sama sekali. Dari Abu Hurairah RA dikisahkan bahwa Rasulullah sama sekali tidak
pernah mencela makanan. Jika beliau menyukai satu makanan, maka beliau
memakannya. Jika beliau tidak suka, maka beliau meninggalkannya (HR. Bukhari
dan Muslim).
Mencela makanan karena terlalu asin, kurang asin, lembek, terlalu keras,
tidak matang dan lain sebagainya tidak baik. Kenapa tidak boleh? Karena hakekat makanan adalah ciptaan Allah. Mencelanya berarti mencela penciptanya. Di samping itu,
mencela makanan akan menyebabkan tukang masaknya sakit hati. Sepantasnya jika kita diberi suguhan
berupa makanan, hendaknya kita menyadari betapa besar nikmat yang telah Allah
berikan dengan mempermudah kita untuk mendapatkannya, bersyukur kepada Allah
karena mendapatkan nikmat tersebut dan tidak mencelanya. Sepiring nasi dengan lauknya ketika lapar adalah anugerah tak ternilai yang telah ada di hadapan Anda, yang tak perlu
berpanas berkeringat ke sawah ladang menanam dan memeliharanya.
Menyampaikan sikap kan tidak harus mencela. Menurut KBBI, “mencela adalah “mengatakan bahwa ada
celanya, mencacat, mengecam, mengkritik, menghina”. Cari lah cara menyampaikan tanpa menghina. Boleh jadi
suatu makanan tidak disukai oleh seseorang akan tetapi disukai oleh orang lain. Intinya, makanan adalah suatu hal, tapi muamalah hal yang lain.
Dinajurkan untuk memuji makanan. Suatu ketika Nabi meminta lauk kepada istrinya, lalu
sang istri mengatakan tidak punya lauk kecuali cuka. Nabi lantas minta
diambilkan cuka tersebut. Nabi berucap sambil bersantap: “Sebaik-baik
lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR Muslim).
Mendahulukan
makan daripada Shalat, jika makanan sudah terhidang
Yang
dimaksud dengan telah dihidangkan yaitu sudah siap disantap. Al-hadits: “Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat
telah ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa
(pergi shalat) sampai makanmu selesai.” Tujuannya agar hati kita tenang
dan khusuk sholatnya.
Jika demikian, sesungguhnya mana yang lebih
utama? Bukankah khusuk nya sholat sangat utama? “Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah shalat dikumandangkan, maka
dahulukanlah makan malam.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Tidak
menggunakan alat makan yang terbuat dari emas dan perak
Rasulullah
saw bersabda: “Orang yang minum pada
bejana perak sesungguhnya ia mengobarkan api neraka jahanam dalam perutnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Makan dengan tiga
jari
Dianjurkan menyuap makanan dengan
tiga jari (yaitu dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah), kemudian
menjilati jari dan wadah makan selesai makan. “Saya melihat Rasulullah saw makan dengan tiga jarinya. Apabila beliau
telah selesai makan, beliau menjilatinya.” (HR. Muslim). “Apabila salah seorang dari kalian selesai makan,
maka janganlah ia mengusap jari-jarinya hingga ia membersihkannya dengan
mulutnya (menjilatinya) atau menjilatkannya pada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim). Menjilatkan kepada orang lain tentunya kepada
orang dekat kita, suami sendiri, ibu sendiri, atau isteri sendiri. Dengan
menjilati atau menghisap jari maka dapat merangsang proses keluarnya air liur
dan enzyme (sejenis alat percerna makanan) lebih banyak, sehingga pencernaan
lebih sempurna.
Makan dengan tiga jari menunjukkan tidak rakus dan sikap tawadhu’. Tentunya sepanjang bisa dilakukan. Kalau makan
soto ya pakai sendok lah.
Dengan hanya tiga
jari, sebagaimana Rasul, makanan yang masuk ke mulut lebih seimbang
jumlahnya dengan jumlah enzim, sehingga enzim amilase dan lisozim yang
diproduksi kelenjar saliva mencerna makanan dengan maksimal . sehingga makanan
menjadi lembut dan mudah dicerna. “Rasulullah Saw. itu makan dengan menggunakan tiga jari dan
menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan” (HR Muslim).
Memungut
makanan yang jatuh
Kita
disunnahkan memungut makanan yang jatuh, membersihkannya, kemudian memakannya.
Sabda Nabi SAW: “Jika salah satu dari
kalian makan lalu makanan tersebut jatuh, maka hendaklah ia memungutnya dan
membuang kotorannya kemudian memakannya. Jangan ia biarkan makanan itu untuk
setan.” (HR At-Tirmidzi). Hal ini merupakan salah satu bentuk syukur atas
makanan yang telah Allah berikan dan bentuk kepedulian kita terhadap fakir
miskin. Ga usah merasa hina jika hanya sekedar memungut
makanan jatuh.
Seorang ulama berkisah bahwa dia dikunjungi seorang sahabat dan lalu menyuguhkan makanan baginya. Di saat mereka makan, banyak makanan yang berjatuhan
dari tangannya dan berserakan di tanah. Dia berusaha dengan penuh kesungguhan
untuk mengambilnya dan kemudian memakannya. Pada suatu hari ada seseorang
kesurupan, lalu setan tersebut berbicara melalui lisannya dan di antara
percakapannya terdengar: “Sesungguhnya aku
akan melewati orang yang sedang makan dan makanan itu sangat mengundang selera.
Orang tersebut tidak mau memberiku sedikitpun, aku berusaha menyambarnya dari
tangannya lalu dia mencabutnya balik dari tanganku.” Rupanya, setan yang telah menjatuhkan makanan
tadi.
Celupkan
lalat yang terjatuh ke minuman
Apabila
lalat terjatuh dalam minuman,
celupkan sekalian. “Apabila lalat jatuh pada
minuman salah seorang dari kalian maka hendaklah ia mencelupkan lalat tersebut
kemudian barulah ia buang, sebab di salah satu sayapnya ada penyakit dan di
sayap yang lain terdapat penawarnya.” (HR. Bukhari)
Cuci tangan
sebelum dan sesudah makan
Mencuci
tangan berguna untuk menjaga kesehatan dan menjauhkan diri dari berbagai
penyakit. Meskipun memang kita tidak mungkin menghalangi kuman dan bakteri
masuk ke dalam tubuh kita, namun bisa dikurangi dengan cara mencuci tangan setiap sebelum dan
selesai beraktivitas. Cairan pembersih akan menghancurkan membran sel bakteri sehingga lemah dan mati.
Berdoa
sebelum makan dan bersyukur
setelah makan
Rasulullah SAW mengingatkan hendaklah membaca Bismillah (dengan menyebut nama Allah) saat memulai makan, dan jika lupa maka ucapkanlah Bismillaahi
fii awwalihi wa aakhirihi (dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhir
aku makan). Ini hadits rimayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi.
Manfaat
membaca basmallah adalah agar setan tidak ikut makan apa yang kita makan. Suatu
ketika Rasulullah sedang duduk bersama seseorang yang sedang makan. Orang itu
belum menyebut nama Allah hingga makanan yang dia makan itu tinggal sesuap.
Ketika dia mengangkat ke mulutnya, dia mengucapkan “Bismillaahi
fii awwalihii wa aakhirihi”. Maka Nabi
tertawa dibuatnya seraya berkata: “Masih saja setan
makan bersamanya, tetapi ketika dia menyebut nama Allah maka setan memuntahkan
semua yang ada dalam perutnya” (HR. Abu Dawud dan
An-Nasa`i).
Bersyukur
kepada Allah SWT setelah makan. Salah satu doa setelah makan yaitu, “Alhamdulillaahi hamdan katsiiran thayyiban
mubaarakan fiihi ghaira makfiyyin walaa muwadda’in walaa mustaghnan ‘anhu
rabbanaa.” (Segala puji
bagi Allah dengan puja-puji yang banyak dan penuh berkah, meski bukanlah
puja-puji yang memadai dan mencukupi”) (HR. Bukhari).
Dari Mu’adz bin Anas, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang memakan makanan lalu ia
mengucapkan Alhamdulillah alladzi
ath’amanaa hadza wa razaqaniihi min ghairi haulin minni wa laa quwwatin, maka
akan diampuni baginya dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian” (HR Abu
Dawud, at-Turmudziy, Ibnu Majah, dll). Arti doa ini adalah: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi
makanan ini kepadaku dan memberikan rizki dari-Nya tanpa daya dan kekuatan
dariku.”
Gunakan
tangan kanan
Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian makan, makanlah
dengan tangan kanan dan minumlah dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan
makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim). Bahkan Rasulullah mendoakan keburukan bagi orang yang
tidak mau makan dengan tangan kanannya. Karena orang yang ditegur tersebut bukannya tidak bisa, namun hanya karena sombong.
Juga upayakan
makan langsung dengan tangan, tidak memakai sendok. Apa rahasia di balik sunnah ini? Lakukanlah
percobaan sederhana ini: siapkan dua mangkuk nasi, yang satu diaduk memakai tangan dan yang
satunya diaduk memakai sendok. Lalu diamkan selama beberapa jam. Lihat
hasilnya.
Ternyata,
nasi yang diaduk memakai tangan, sudah basi terlebih dulu. Kenapa? Karena
di sela-sela jari tangan terdapat enzim pengurai, yang memudahkan kerja alat
pencerna dalam lambung manusia.
Konon tangan mengandung enzim RNAase yang disekresikan
oleh tangan kita. Enzim ini berfungsi untuk kekebalan tubuh kita dan proteksi
terhadap bakteri. Ketika tangan kita kotor, enzim ini mengikat bakteri sehingga
aktifitas bakteri tidak dapat maksimal. Namun, saat tangan dicuci, persentase enzim menjadi lebih
banyak dibanding bakteri. Namun
jika makan dengan sendok, bakteri yang membahayakan
tersebut akan masuk ke dalam tubuh tanpa adanya perlawanan dari enzim RNAase.
Menjilat kelima jarinya satu persatu setelah makan, tampaknya dalam rangka memasukkan enzim ini
lebih maksimal ke dalam tuuh. Wallahu
a’lam.
Makan
sambil duduk, jangan berdiri
Dari hadits Tirmidzi, Nabi
melarang seorang laki-laki minum sambil berdiri. “Kami bertanya kepada Anas, ‘Kalau makan?’ Dia menjawab itu lebih
buruk lagi.’” (HR. Muslim). Cara duduk Rasulullah ketika makan tidak bersandar, tapi duduk bersimpuh, lebih kurang seperti bersimpuhnya orang Indonesia di atas tikar. Mengapa makan berdiri jelek? Karena makanan membutuhkan waktu yang lebih
lama daripada minum.
Makan
bareng
Para
sahabat bertanya: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang.” Rasulullah menjawab: ”Barangkali kalian makan berpencar (sendiri-sendiri). Berkumpullah
kalian atas makanan kalian dan sebutlah nama Allah, niscaya makanan itu
diberkahi untuk kalian.” (HR. Abu
Dawud). Ternyata makan berjamaah lebih dianjurkan, karena akan mendatangkan
keberkahan. “Makan secara bersama-sama
adalah salah satu sebab datangnya barakah ketika makan” [1].
Mengambil
nafas di luar gelas ketika minum
Disunnahkan pula minum tiga
kali tegukan seraya mengambil nafas di luar gelas. Rasulullah SAW minum
sebanyak tiga kali, menyebut nama Allah di awalnya dan memuji Allah di akhirnya
(HR Ibnu As-Sunni). “Cara
seperti itu lebih segar, lebih nikmat dan lebih mengenyangkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bernafas
dalam gelas dilarang oleh Nabi. “Apabila salah
seorang dari kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam gelas” (HR. Bukhari).
Berkumur-kumur
setelah minum susu
Berdoa
sebelum minum susu dan berkumur-kumur sesudahnya. Rasulullah SAW bersabda: “Jika minum susu maka
ucapkanlah Allahumma barik lana fihi wa zidna minhu,
karena tidak ada makanan dan
minuman yang setara dengan susu.” (HR
Al-Baihaqi). Artinya, “Ya Allah
berkahilah kami pada susu ini dan tambahkanlah untuk kami lebih dari itu”.
“Apabila kalian minum susu maka berkumur-kumurlah, karena sesungguhnya
susu meninggalkan rasa masam pada mulut.” (HR Ibnu Majah).
Jangan
makan berlebihan dan mubazir
Jangan
berlebih-lebihan dan boros. Sesungguhnya berlebih-lebihan adalah di antara
sifat setan dan sangat dibenci Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Al-Isra` ayat 26-27 dan Al-A’raf ayat 31. Berlebih-lebihan juga
merupakan ciri orang-orang kafir. “Seorang mukmin makan dengan satu lambung, sedangkan orang kafir makan
dengan tujuh lambung.” (HR Bukhari dan Muslim).
Berlebih-lebihan dalam segala sesuatu adalah tercela dan dilarang.
Apalagi dalam masalah makanan dan minuman. Allah berfirman: “Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan” (Al-A’raf: 31).
Dari kalangan akademis, riset Kalluri
Suba Rao, ahli biologi molekuler (2004) mendapatkan bahwa
makan sedikit memungkinkan tubuh untuk lebih
"berkonsentrasi" memperbaiki dirinya sendiri, sehingga kegiatan
perbaikan DNA , membuang zat-zat toksin keluar tubuh, dan regenerasi sel-sel
rusak dengan sel sehat dapat berlangsung lebih optimal. Sedangkan bila makan kebanyakan, tubuh akan bekerja lebih berat untuk kegiatan katabolisme (menguraikan
makanan-makanan itu dalam tubuh) dan "tidak sempat" memperbaiki
dirinya sendiri.
Lalu, penelitian Christian
Leeuwenburgh dari Institute of Aging Universitas Florida tahun 2006 menemukan bahwa mengurangi porsi makan sebanyak 8% saja dari porsi “kenyang” akan dapat mencegah banyak kerusakan organ lebih cepat. Jadi, yang benar
adalah “berhenti sebelum kenyang”.
Anjuran makan
dari pinggir piring
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Keberkahan tersebut akan turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah
dari pinggir-pinggirnya dan jangan dari tengahnya!”. Anjuran ini lebih pas
saat makan bareng satu wadah, sehingga tangan ga saling silang.
Anjuran makan
sambil berdzikir
Ibnul Muflih menyebutkan keterangan Ishaq bin Ibrahim bahwa Imam Ahmad
makan sambil mengatakan alhamdulillah dan bismillah setelah itu beliau
mengatakan: “Makan sambil memuji Allah
itu lebih baik daripada makan sambil diam.”
Jangan
menghadiri jamuan yang menyediakan khamr
Rasulullah SAW bersabda: ”Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah duduk pada meja makan
yang di situ dihidangkan khamr (minuman keras)” (HR Ahmad).
Berwudhu
terlebih dahulu, jika keadaan junub
Jika kita dalam kondisi junub dan hendak makan, maka dianjurkan berwudhu
terlebih dahulu. Aisyah menuturkan, bahwa Rasulullah jika dalam keadaan junub
lalu hendak makan atau tidur, maka beliau berwudhu terlebih dahulu, seperti
berwudhu untuk shalat. (Hadits riwayat Bukhari dan juga Muslim).
Adab di restoran
Ini dari Saya sendiri. Memang “pembeli adalah
raja”, memang ditunggu-tunggu kehadirannya, dan memang ia membayar mahal untuk
makanannya; namun jangan lah pula berikap sombong dan “mentang-mentang”. Sering
kita menemukan orang marah-marah karena masakan yang tidak pas rasanya, atau
lama dihidngkan. Ini pelecehan kemanusiaan. Meski mereka pelayan berlaku sopanlah meski sedang marah. Kata
orang bijak: “Politeness is the flower of humanity”.
Makan sebelum
Lapar, Berhenti Sebelum Kenyang
Perintah makan sebelum lapar dan
berhenti sebelum kenyang begitu sering kita dengar, yaitu: “Kita
(kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan
sebelum kenyang“. Banyak yang berpendapat hadits ini dhaif, namun maknanya benar.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Maknanya benar, namun sanadnya dha’if, silakan merujuk ke
kitab Zaadul Ma’ad dan Al Bidayah Wan Nihayah.
Bermanfaat bagi seseorang jika makan ketika sudah sudah lapar atau sedang
membutuhkan. Dan ketika makan, tidak boleh berlebihan sampai kekenyangan.
Adapun kekenyangan yang tidak membahayakan, tidak mengapa”.
Namun, ada hadits lain yang
maknanya mendukung ini. “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk
dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan
punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya
(diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk
bernafas”.
Imam Asy-Syafi’i RA menjelaskan, karena kekenyangan akan membuat badan
menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering
tidur dan lemah untuk beribadah. Bahkan kekenyangan hukumnya bisa haram jika membuat penuh perut
dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah. Orang yang
kurang ibadah cenderung angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Jadi hukum yang berubah dari makruh
menjadi haram lebih karena dampak buruk yang ditimbulkannya.
Makan lah secukupnya dan proporsional. Berbagai
anjuran dan sunnah tinggal diikuti. Misalnya, cukupkanlah kebutuhan gizi bayi
selama dua tahun dari ASI,
bukan dari susu sapi. Ribuan hasil riset sudah membuktikan kebaikan-kebaikan ASI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar