Minggu, 10 Mei 2020

Subbab .5.2. ADAB MAKAN MINUM

(Draf Buku “BERTANI DAN BERDAGANG SECARA ISLAMI” . Seri Buku Sosial Ekonomi Pertanian Islam.  Draft I – April 2020. Oleh: SYAHYUTI)


Beberapa perilaku tak terpuji yang banyak selama ini adalah makan dan minum sambil berdiri, makan atau minum dengan tangan kiri, tidak berdoa sebelum makan atau minum, dan membuang-buang makanan. Ingat: dari empat negara paling banyak membuang-buang makanan sedunia, tiga di antaranya adalah Arab Saudi, Indonesia, dan Uni Emirat Arab. Berikut adalah adab dalam makan minum.

Menyantap sesudah makanan dingin

Dari Asma’ binti Abu Bakar RA, jika beliau membuat roti maka beliau tutupi roti tersebut dengan sesuatu sampai panasnya hilang. Kemudian beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda:sesungguhnya hal tersebut lebih besar berkahnya.” (HR. Darimi dan Ahmad). Dari Abu Hurairah RA diriwayatkan: “Makanan itu tidak boleh disantap kecuali jika asap makanan yang panas sudah hilang.” Ya, sebaiknya tidak menyantap makanan yang masih panas, atau juga sangat dingin.

Makan lah makanan halal

Makanlah makanan yang halal lagi baik. “Hai para rasul, makanlah yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mu`minun: 51)

Memuji makanan dan tidak mencelanya

Dianjurkan memuji makanan dan dilarang mencelanya. Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali. Dari Abu Hurairah RA dikisahkan bahwa Rasulullah sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menyukai satu makanan, maka beliau memakannya. Jika beliau tidak suka, maka beliau meninggalkannya (HR. Bukhari dan Muslim).

Mencela makanan karena terlalu asin, kurang asin, lembek, terlalu keras, tidak matang dan lain sebagainya tidak baik. Kenapa tidak boleh?  Karena hakekat makanan adalah ciptaan Allah. Mencelanya berarti mencela penciptanya.  Di samping itu, mencela makanan akan menyebabkan tukang masaknya sakit hati. Sepantasnya jika kita diberi suguhan berupa makanan, hendaknya kita menyadari betapa besar nikmat yang telah Allah berikan dengan mempermudah kita untuk mendapatkannya, bersyukur kepada Allah karena mendapatkan nikmat tersebut dan tidak mencelanya. Sepiring nasi dengan lauknya ketika lapar adalah anugerah tak ternilai yang telah ada di hadapan Anda, yang tak perlu berpanas berkeringat ke sawah ladang menanam dan memeliharanya.

Menyampaikan sikap kan tidak harus mencela. Menurut KBBI, “mencela adalah “mengatakan bahwa ada celanya, mencacat, mengecam, mengkritik, menghina”. Cari lah cara menyampaikan tanpa menghina. Boleh jadi suatu makanan tidak disukai oleh seseorang akan tetapi disukai oleh orang lain. Intinya, makanan adalah suatu hal, tapi muamalah hal yang lain.

Dinajurkan untuk memuji makanan. Suatu ketika Nabi meminta lauk kepada istrinya, lalu sang istri mengatakan tidak punya lauk kecuali cuka. Nabi lantas minta diambilkan cuka tersebut. Nabi berucap sambil bersantap: “Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR Muslim).

Mendahulukan makan daripada Shalat, jika makanan sudah terhidang

Yang dimaksud dengan telah dihidangkan yaitu sudah siap disantap. Al-hadits: “Apabila makan malam telah dihidangkan dan shalat telah ditegakkan, maka mulailah dengan makan malam dan janganlah tergesa-gesa (pergi shalat) sampai makanmu selesai.” Tujuannya agar hati kita tenang dan khusuk sholatnya.

Jika demikian, sesungguhnya mana yang lebih utama? Bukankah khusuk nya sholat sangat utama? “Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah shalat dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tidak menggunakan alat makan yang terbuat dari emas dan perak

Rasulullah saw bersabda: “Orang yang minum pada bejana perak sesungguhnya ia mengobarkan api neraka jahanam dalam perutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Makan dengan tiga jari

Dianjurkan menyuap makanan dengan tiga jari (yaitu dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah), kemudian menjilati jari dan wadah makan selesai makan. “Saya melihat Rasulullah saw makan dengan tiga jarinya. Apabila beliau telah selesai makan, beliau menjilatinya.” (HR. Muslim). “Apabila salah seorang dari kalian selesai makan, maka janganlah ia mengusap jari-jarinya hingga ia membersihkannya dengan mulutnya (menjilatinya) atau menjilatkannya pada orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim). Menjilatkan kepada orang lain tentunya kepada orang dekat kita, suami sendiri, ibu sendiri, atau isteri sendiri. Dengan menjilati atau menghisap jari maka dapat merangsang proses keluarnya air liur dan enzyme (sejenis alat percerna makanan) lebih banyak, sehingga pencernaan lebih sempurna.

Makan dengan tiga jari menunjukkan tidak rakus dan sikap tawadhu’. Tentunya sepanjang bisa dilakukan. Kalau makan soto ya pakai sendok lah.

Dengan hanya tiga jari, sebagaimana Rasul, makanan yang masuk ke mulut lebih seimbang jumlahnya dengan jumlah enzim, sehingga enzim amilase dan lisozim yang diproduksi kelenjar saliva mencerna makanan dengan maksimal . sehingga makanan menjadi lembut dan mudah dicerna. “Rasulullah Saw. itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan” (HR Muslim).

Memungut makanan yang jatuh

Kita disunnahkan memungut makanan yang jatuh, membersihkannya, kemudian memakannya. Sabda Nabi SAW: “Jika salah satu dari kalian makan lalu makanan tersebut jatuh, maka hendaklah ia memungutnya dan membuang kotorannya kemudian memakannya. Jangan ia biarkan makanan itu untuk setan.” (HR At-Tirmidzi). Hal ini merupakan salah satu bentuk syukur atas makanan yang telah Allah berikan dan bentuk kepedulian kita terhadap fakir miskin. Ga usah merasa hina jika hanya sekedar memungut makanan jatuh.

Seorang ulama berkisah bahwa dia dikunjungi seorang sahabat dan lalu menyuguhkan makanan baginya. Di saat mereka makan, banyak makanan yang berjatuhan dari tangannya dan berserakan di tanah. Dia berusaha dengan penuh kesungguhan untuk mengambilnya dan kemudian memakannya. Pada suatu hari ada seseorang kesurupan, lalu setan tersebut berbicara melalui lisannya dan di antara percakapannya terdengar: “Sesungguhnya aku akan melewati orang yang sedang makan dan makanan itu sangat mengundang selera. Orang tersebut tidak mau memberiku sedikitpun, aku berusaha menyambarnya dari tangannya lalu dia mencabutnya balik dari tanganku.” Rupanya, setan yang telah menjatuhkan makanan tadi.

Celupkan lalat yang terjatuh ke minuman

Apabila lalat terjatuh dalam minuman, celupkan sekalian.  “Apabila lalat jatuh pada minuman salah seorang dari kalian maka hendaklah ia mencelupkan lalat tersebut kemudian barulah ia buang, sebab di salah satu sayapnya ada penyakit dan di sayap yang lain terdapat penawarnya.” (HR. Bukhari)

Cuci tangan sebelum dan sesudah makan

Mencuci tangan berguna untuk menjaga kesehatan dan menjauhkan diri dari berbagai penyakit. Meskipun memang kita tidak mungkin menghalangi kuman dan bakteri masuk ke dalam tubuh kita, namun bisa dikurangi dengan cara mencuci tangan setiap sebelum dan selesai beraktivitas. Cairan pembersih akan menghancurkan membran sel bakteri sehingga lemah dan mati.

Berdoa sebelum makan dan bersyukur setelah makan

Rasulullah SAW mengingatkan hendaklah membaca Bismillah (dengan menyebut nama Allah) saat memulai makan, dan jika lupa maka ucapkanlah Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi (dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhir aku makan). Ini hadits rimayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi.

Manfaat membaca basmallah adalah agar setan tidak ikut makan apa yang kita makan. Suatu ketika Rasulullah sedang duduk bersama seseorang yang sedang makan. Orang itu belum menyebut nama Allah hingga makanan yang dia makan itu tinggal sesuap. Ketika dia mengangkat ke mulutnya, dia mengucapkan Bismillaahi fii awwalihii wa aakhirihi. Maka Nabi tertawa dibuatnya seraya berkata: “Masih saja setan makan bersamanya, tetapi ketika dia menyebut nama Allah maka setan memuntahkan semua yang ada dalam perutnya” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i).

Bersyukur kepada Allah SWT setelah makan. Salah satu doa setelah makan yaitu, Alhamdulillaahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiihi ghaira makfiyyin walaa muwadda’in walaa mustaghnan ‘anhu rabbanaa.” (Segala puji bagi Allah dengan puja-puji yang banyak dan penuh berkah, meski bukanlah puja-puji yang memadai dan mencukupi) (HR. Bukhari).

Dari Mu’adz bin Anas, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang memakan makanan lalu ia mengucapkan  Alhamdulillah alladzi ath’amanaa hadza wa razaqaniihi min ghairi haulin minni wa laa quwwatin, maka akan diampuni baginya dosanya yang terdahulu dan yang terkemudian” (HR Abu Dawud, at-Turmudziy, Ibnu Majah, dll). Arti doa ini adalah: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi makanan ini kepadaku dan memberikan rizki dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku.”

Gunakan tangan kanan

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian makan, makanlah dengan tangan kanan dan minumlah dengan tangan kanan, karena sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim). Bahkan Rasulullah mendoakan keburukan bagi orang yang tidak mau makan dengan tangan kanannya. Karena orang yang ditegur tersebut bukannya tidak bisa, namun hanya karena sombong.

Juga upayakan makan langsung dengan tangan, tidak memakai sendok. Apa rahasia di balik sunnah ini? Lakukanlah percobaan sederhana ini: siapkan dua mangkuk nasi, yang satu diaduk memakai tangan dan yang satunya diaduk memakai sendok. Lalu diamkan selama beberapa jam. Lihat hasilnya.

Ternyata, nasi yang diaduk memakai tangan, sudah basi terlebih dulu. Kenapa? Karena di sela-sela jari tangan terdapat enzim pengurai, yang memudahkan kerja alat pencerna dalam lambung manusia.

Konon tangan mengandung enzim RNAase yang disekresikan oleh tangan kita. Enzim ini berfungsi untuk kekebalan tubuh kita dan proteksi terhadap bakteri. Ketika tangan kita kotor, enzim ini mengikat bakteri sehingga aktifitas bakteri tidak dapat maksimal. Namun, saat tangan dicuci, persentase enzim menjadi lebih banyak dibanding bakteri. Namun jika makan dengan sendok, bakteri yang membahayakan tersebut akan masuk ke dalam tubuh tanpa adanya perlawanan dari enzim RNAase.

Menjilat kelima jarinya satu persatu setelah makan, tampaknya dalam rangka memasukkan enzim ini lebih maksimal ke dalam tuuh. Wallahu a’lam.

Makan sambil duduk, jangan berdiri

Dari hadits Tirmidzi, Nabi melarang seorang laki-laki minum sambil berdiri. “Kami bertanya kepada Anas, ‘Kalau makan?’ Dia menjawab itu lebih buruk lagi.’” (HR. Muslim). Cara duduk Rasulullah ketika makan tidak bersandar, tapi duduk bersimpuh, lebih kurang seperti bersimpuhnya orang Indonesia di atas tikar. Mengapa makan berdiri jelek? Karena makanan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada minum.

Makan bareng

Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang.” Rasulullah menjawab: ”Barangkali kalian makan berpencar (sendiri-sendiri). Berkumpullah kalian atas makanan kalian dan sebutlah nama Allah, niscaya makanan itu diberkahi untuk kalian.” (HR. Abu Dawud). Ternyata makan berjamaah lebih dianjurkan, karena akan mendatangkan keberkahan. “Makan secara bersama-sama adalah salah satu sebab datangnya barakah ketika makan[1].

Mengambil nafas di luar gelas ketika minum

Disunnahkan pula minum tiga kali tegukan seraya mengambil nafas di luar gelas. Rasulullah SAW minum sebanyak tiga kali, menyebut nama Allah di awalnya dan memuji Allah di akhirnya (HR Ibnu As-Sunni). “Cara seperti itu lebih segar, lebih nikmat dan lebih mengenyangkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bernafas dalam gelas dilarang oleh Nabi. “Apabila salah seorang dari kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam gelas” (HR. Bukhari).

Berkumur-kumur setelah minum susu

Berdoa sebelum minum susu dan berkumur-kumur sesudahnya. Rasulullah SAW bersabda: “Jika minum susu maka ucapkanlah Allahumma barik lana fihi wa zidna minhu,  karena tidak ada makanan dan minuman yang setara dengan susu.” (HR Al-Baihaqi). Artinya, “Ya Allah berkahilah kami pada susu ini dan tambahkanlah untuk kami lebih dari itu”. “Apabila kalian minum susu maka berkumur-kumurlah, karena sesungguhnya susu meninggalkan rasa masam pada mulut.” (HR Ibnu Majah).

Jangan makan berlebihan dan mubazir

Jangan berlebih-lebihan dan boros. Sesungguhnya berlebih-lebihan adalah di antara sifat setan dan sangat dibenci Allah sebagaimana disebutkan dalam Al Quran surat Al-Isra` ayat 26-27 dan Al-A’raf ayat 31. Berlebih-lebihan juga merupakan ciri orang-orang kafir. “Seorang mukmin makan dengan satu lambung, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh lambung.” (HR Bukhari dan Muslim).

Berlebih-lebihan dalam segala sesuatu adalah tercela dan dilarang. Apalagi dalam masalah makanan dan minuman. Allah berfirman: Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (Al-A’raf: 31).

Dari kalangan akademis, riset Kalluri Suba Rao, ahli biologi molekuler (2004) mendapatkan bahwa makan sedikit memungkinkan tubuh untuk lebih "berkonsentrasi" memperbaiki dirinya sendiri, sehingga kegiatan perbaikan DNA , membuang zat-zat toksin keluar tubuh, dan regenerasi sel-sel rusak dengan sel sehat dapat berlangsung lebih optimal. Sedangkan bila makan kebanyakan, tubuh akan bekerja lebih berat untuk kegiatan katabolisme (menguraikan makanan-makanan itu dalam tubuh) dan "tidak sempat" memperbaiki dirinya sendiri.

Lalu, penelitian Christian Leeuwenburgh dari Institute of Aging Universitas Florida tahun 2006 menemukan bahwa mengurangi porsi makan sebanyak 8% saja dari porsi “kenyang” akan dapat mencegah banyak kerusakan organ lebih cepat. Jadi, yang benar  adalah “berhenti sebelum kenyang”.

Anjuran makan dari pinggir piring

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Keberkahan tersebut akan turun di tengah-tengah makanan, maka makanlah dari pinggir-pinggirnya dan jangan dari tengahnya!”. Anjuran ini lebih pas saat makan bareng satu wadah, sehingga tangan ga saling silang.

Anjuran makan sambil berdzikir

Ibnul Muflih menyebutkan keterangan Ishaq bin Ibrahim bahwa Imam Ahmad makan sambil mengatakan alhamdulillah dan bismillah setelah itu beliau mengatakan: “Makan sambil memuji Allah itu lebih baik daripada makan sambil diam.”

Jangan menghadiri jamuan yang menyediakan khamr

Rasulullah SAW bersabda: ”Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah duduk pada meja makan yang di situ dihidangkan khamr (minuman keras)” (HR Ahmad).

Berwudhu terlebih dahulu, jika keadaan junub

Jika kita dalam kondisi junub dan hendak makan, maka dianjurkan berwudhu terlebih dahulu. Aisyah menuturkan, bahwa Rasulullah jika dalam keadaan junub lalu hendak makan atau tidur, maka beliau berwudhu terlebih dahulu, seperti berwudhu untuk shalat. (Hadits riwayat Bukhari dan juga Muslim).

Adab di restoran

Ini dari Saya sendiri. Memang “pembeli adalah raja”, memang ditunggu-tunggu kehadirannya, dan memang ia membayar mahal untuk makanannya; namun jangan lah pula berikap sombong dan “mentang-mentang”. Sering kita menemukan orang marah-marah karena masakan yang tidak pas rasanya, atau lama dihidngkan. Ini pelecehan kemanusiaan. Meski mereka pelayan  berlaku sopanlah meski sedang marah. Kata orang bijak:  Politeness is the flower of humanity”.

Makan sebelum Lapar, Berhenti Sebelum Kenyang

Perintah makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang begitu sering kita dengar, yaitu: Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Banyak yang berpendapat hadits ini dhaif, namun maknanya benar.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Maknanya benar, namun sanadnya dha’if, silakan merujuk ke kitab Zaadul Ma’ad dan Al Bidayah Wan Nihayah. Bermanfaat bagi seseorang jika makan ketika sudah sudah lapar atau sedang membutuhkan. Dan ketika makan, tidak boleh berlebihan sampai kekenyangan. Adapun kekenyangan yang tidak membahayakan, tidak mengapa”.

Namun, ada hadits lain yang maknanya mendukung ini. Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”.

Imam Asy-Syafi’i RA menjelaskan, karena kekenyangan akan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah. Bahkan kekenyangan hukumnya bisa haram jika membuat penuh perut dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah. Orang yang kurang ibadah cenderung angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Jadi hukum yang berubah dari makruh menjadi haram lebih karena dampak buruk yang ditimbulkannya.

Makan lah secukupnya dan proporsional. Berbagai anjuran dan sunnah tinggal diikuti. Misalnya, cukupkanlah kebutuhan gizi bayi selama dua tahun dari ASI, bukan dari susu sapi. Ribuan hasil riset sudah membuktikan kebaikan-kebaikan ASI.

Juga, jangan mengkonsumsi protein hewani berlebihan. Selain tidak baik untuk tubuh, yakni dampaknya pada “sifat buas” hewan; juga bahwa industri peternakan ditengarai cukup merusak alam. Gas metana yang dikeluarkan ternak, terutama sapi, mencapai 14,5 persen dari total emisi gas rumah kaca di dunia. Konsumsi daging sapi yang meningkat di dunia seiring dengan naiknya tingkat kesejahteraan dan perubahan gaya hidup telah menyumbang kepada kenaikan temperatur di bumi. Isu ini mengmuka misalnya pada Annual Media Briefing on Climate Change for Journalists of the Global South yang diselenggarakan di New Delhi, India November 2014. Maka, demi mengurangi emisi gas rumah kaca. lakukan diet protein nonhewani


[1] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar