(Draf Buku “BERTANI DAN BERDAGANG SECARA ISLAMI” . Seri Buku Sosial Ekonomi Pertanian Islam. Draft I – April 2020. Oleh: SYAHYUTI)
“Cultivators are the most valuable
citizens, they are tied to their country” [2].
.2.1. ALLAH YANG MENGHIDUPKAN TANAMAN
Mungkin
terkadang kita lupa, karena kita yang memelihara tanaman sehari-hari, lalu
timbul fikiran bahwa kita lah yang menghidupkannya. Tidak. Mudah-mudahn kita
terhindar dari fikiran dan sifat itu.
Allah
lah yang menghidupkan tanaman. Dari sebiji benih, tumbuh daun, lalu cabang,
lalu bunga, dan buah. Buah dari putik, lalu membesar, dan menjadi matang. Itu semua Allah yang
melakukannya. Begitu banyak surat di
Alquran yang mengingatkan kita tentang ini.
Allah yang mengatur awan, menurunkan hujan, lalu menyuburkan tanaman,
memberi minum ternak, dan seterusnya.
”Allah
menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup”. (Al-An’am :
95). ”Tanaman-tanaman tumbuh subur dengan seizin Allah.”(Al-a’raaf : 58).
”Dan
apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di
bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah.Dan kebanyakan
mereka tidak beriman”. (Asy-syu`araa`:7-8)
"Dan bumi Kami hamparkannya dan
Kami tancapkan di atasnya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya dari
tiap-tiap sesuatu yang ditimbang. Dan Kami jadikan untuk kamu padanya
sumber-sumber penghidupan dan orang-orang yang kamu tidak bisa memberi rezeki
kepadanya. Dan tidak ada sesuatu benda melainkan di sisi Kamilah
perbendaharaannya, dan Kami tidak menurunkan dia melainkan dengan ukuran
tertentu" (Al-hijr: 19-22).
Ada dua unsur esensial dalam bertani: tanah dan air.
Allah menyediakan tanah untuk
tempat tumbuh dan air untuk menumbuhkannya. Di dalam al-Quran Allah menyebutkan tentang
masalah mencari rezeki dan beberapa pokok yang harus ditepati demi suksesnya bercocok-tanam itu.
Pertama Allah menyebutkan, bahwa bumi ini disediakan Allah untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dan memproduksi. Untuk itu Ia jadikan bumi ini serba mudah dan dihamparkan,
sebagai suatu nikmat yang harus diingat dan disyukuri. "Bumi ini diletakkan Allah untuk umat manusia, di dalamnya penuh
dengan buah-buahan dan korma yang mempunyai kelopak-kelopak, biji-bijian yang
mempunyai kulit dan berbau harum. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?" (Ar-rahman: 10-13).
Allah As-Salaam (Yang
Maha Memberi Kesejahteraan)juga menurunkan air hujan.Allah menyebutkan
tentang air, dengan diturunkannya melalui hujan dan mengalir di sungai-sungai,
kemudian dengan air itu dihidupkanlah bumi yang tadinya mati.
"Dialah zat yang menurunkan air
dari langit, maka dengan air itu kami keluarkan tumbuh-tumbuhan dari tiap-tiap
sesuatu, maka kami keluarkan daripadanya pohon yang hijau yang daripadanya kami
keluarkan biji-bijian yang bersusun-susun." (al-An'am: 99). "…. Kami
curahkan air dengan deras, kemudian kami hancurkan bumi dengan sungguh-sungguh
hancur kemudian kami tumbuhkan padanya biji-bijian, anggur dan
sayur-mayur."
('Abasa: 24-28)
”KepunyaanNya
lah semua yang ada langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya
dan semua yang di bawah tanah. Allah menurunkan air hujan yang lalu menumbuhkan berjenis-jenis tumbuh-tumbuhan. .... Makanlah
dan gembalakanlah binatang-binatangmu” (Thaahaa:6, 53-54).
”Apakah
kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit,
maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya
dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi
kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
berderai-derai ......” (QS.Az Zumar:21).
“Allah menurunkan air untukmu dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali
tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya............” (An Naml: 60-61). “Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami
turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang indah” ( Al-Hajj :5)
Demikian pula, Allah yang maha perkasa (Al 'Aziiz) mengatur
dimana air akan diturunkan dengan menggerakkan awan.Disebutkan pulatentang
angin yang dilepas Allah dengan membawa kegembiraan, di antaranya dapat menggiring
awan dan mengkawinkan tumbuh-tumbuhan. "Dan Kami lepaskan angin untuk
mengkawinkan, kemudian Kami turunkan air hujan dari langit, kemudian Kami siram
kamu dengan air itu padahal bukanlah kamu yang mempunyai perbendaharaan air
itu" (Al-Hijr: 19-22).
“Allah menghalau awan yang mengandung air ke bumi yang tandus. lalu Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang daripadanya (dapat) makan
binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri”(As-sajdah: 27). ”Maka
terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya
dari awan ataukah Kami yang menurunkan” (Al Waaqi`ah:63-70).
Tanaman dan ternak ditumbuhkan untuk manusia. Demikian
lah amanah untuk mereka dari Allah SWT. Maka, ”Dan diantara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan
dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan”. (Al-an`aam:
141-143).
Sejalan dengan sifat Allah ini, maka siapa-siapa yang “menghidupkan” (harus di antara dua koma), menjalankan amanah ini, maka mereka ini disebut para “Ihyaul Mawat” yakni yang menghijaukan dan menghidupkan bumi. Islam menganjurkan untuk memakmurkan tanah yang mati, tanah yang tak bertuan dan tidak produktif, baik untuk pertanian ataupun untuk kegiatan lainnya. Ini disebut dengan “ihyaul mawat”. Siapakah itu? Misalnya adalah para transmigran yang datang ke tanah-tanah terlantar dan tidak terurus, lalu membukanya, membuang pohon dan ranting, membersihkan rumput liar, lalu mencangkul untuk menggemburkan tanahnya, dan menanaminya. Merekah lah para ihyaul mawat, para pionir menghidupkan yang mati. Tentunya ini suatu pekerjaan yang sangat diridhoi Allah SWT.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar