Sabtu, 09 Mei 2020

Bab II. ISLAM DAN PERTANIAN

(Draf Buku “BERTANI DAN BERDAGANG SECARA ISLAMI” . Seri Buku Sosial Ekonomi Pertanian Islam.  Draft I – April 2020. Oleh: SYAHYUTI)


“Agriculture has become essential to life” [1]

“Cultivators are the most valuable citizens, they are tied to their country” [2].

 

Islam dan pertanian begitu lekat. Pertanian adalah sumber energi kehidupan dunia. Bertani adalah pekerjaan yang sangat mulia, tentu saja jika dijalankan dengan adab bertani yang Islami.

.2.1.  ALLAH YANG MENGHIDUPKAN TANAMAN

Mungkin terkadang kita lupa, karena kita yang memelihara tanaman sehari-hari, lalu timbul fikiran bahwa kita lah yang menghidupkannya. Tidak. Mudah-mudahn kita terhindar dari fikiran dan sifat itu.

Allah lah yang menghidupkan tanaman. Dari sebiji benih, tumbuh daun, lalu cabang, lalu bunga, dan buah. Buah dari putik, lalu membesar, dan  menjadi matang. Itu semua Allah yang melakukannya.  Begitu banyak surat di Alquran yang mengingatkan kita tentang ini.  Allah yang mengatur awan, menurunkan hujan, lalu menyuburkan tanaman, memberi minum ternak, dan seterusnya.

”Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup”. (Al-An’am : 95). ”Tanaman-tanaman tumbuh subur dengan seizin Allah.”(Al-a’raaf : 58).

”Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah.Dan kebanyakan mereka tidak beriman”. (Asy-syu`araa`:7-8)

"Dan bumi Kami hamparkannya dan Kami tancapkan di atasnya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya dari tiap-tiap sesuatu yang ditimbang. Dan Kami jadikan untuk kamu padanya sumber-sumber penghidupan dan orang-orang yang kamu tidak bisa memberi rezeki kepadanya. Dan tidak ada sesuatu benda melainkan di sisi Kamilah perbendaharaannya, dan Kami tidak menurunkan dia melainkan dengan ukuran tertentu" (Al-hijr: 19-22).

Ada dua unsur esensial dalam bertani: tanah dan air. Allah menyediakan tanah untuk tempat tumbuh dan air untuk menumbuhkannya. Di dalam al-Quran Allah menyebutkan tentang masalah mencari rezeki dan beberapa pokok yang harus ditepati demi suksesnya bercocok-tanam itu. Pertama Allah menyebutkan, bahwa bumi ini disediakan Allah untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan memproduksi. Untuk itu Ia jadikan bumi ini serba mudah dan dihamparkan, sebagai suatu nikmat yang harus diingat dan disyukuri. "Bumi ini diletakkan Allah untuk umat manusia, di dalamnya penuh dengan buah-buahan dan korma yang mempunyai kelopak-kelopak, biji-bijian yang mempunyai kulit dan berbau harum. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (Ar-rahman: 10-13).

Allah As-Salaam (Yang Maha Memberi Kesejahteraan)juga menurunkan air hujan.Allah menyebutkan tentang air, dengan diturunkannya melalui hujan dan mengalir di sungai-sungai, kemudian dengan air itu dihidupkanlah bumi yang tadinya mati.

"Dialah zat yang menurunkan air dari langit, maka dengan air itu kami keluarkan tumbuh-tumbuhan dari tiap-tiap sesuatu, maka kami keluarkan daripadanya pohon yang hijau yang daripadanya kami keluarkan biji-bijian yang bersusun-susun." (al-An'am: 99). "…. Kami curahkan air dengan deras, kemudian kami hancurkan bumi dengan sungguh-sungguh hancur kemudian kami tumbuhkan padanya biji-bijian, anggur dan sayur-mayur." ('Abasa: 24-28)

”KepunyaanNya lah semua yang ada langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Allah menurunkan air hujan yang lalu menumbuhkan berjenis-jenis tumbuh-tumbuhan. .... Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu” (Thaahaa:6, 53-54).

”Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai ......”  (QS.Az Zumar:21).

Allah menurunkan air untukmu dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya............” (An Naml: 60-61). Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah” ( Al-Hajj :5)

Demikian pula, Allah yang maha perkasa (Al 'Aziiz) mengatur dimana air akan diturunkan dengan menggerakkan awan.Disebutkan pulatentang angin yang dilepas Allah dengan membawa kegembiraan, di antaranya dapat menggiring awan dan mengkawinkan tumbuh-tumbuhan.  "Dan Kami lepaskan angin untuk mengkawinkan, kemudian Kami turunkan air hujan dari langit, kemudian Kami siram kamu dengan air itu padahal bukanlah kamu yang mempunyai perbendaharaan air itu" (Al-Hijr: 19-22).

Allah menghalau awan yang mengandung air ke bumi yang tandus. lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang daripadanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri”(As-sajdah: 27). ”Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan” (Al Waaqi`ah:63-70).

Tanaman dan ternak ditumbuhkan untuk manusia. Demikian lah amanah untuk mereka dari Allah SWT. Maka, ”Dan diantara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan”. (Al-an`aam: 141-143).

Sejalan dengan sifat Allah ini, maka siapa-siapa yang “menghidupkan” (harus di antara dua koma), menjalankan amanah ini, maka mereka ini disebut para Ihyaul Mawat yakni yang  menghijaukan dan menghidupkan bumi. Islam menganjurkan untuk memakmurkan tanah yang mati, tanah yang tak bertuan dan tidak produktif, baik untuk pertanian ataupun untuk kegiatan lainnya. Ini disebut dengan “ihyaul mawat”. Siapakah itu? Misalnya adalah para transmigran yang datang ke tanah-tanah terlantar dan tidak terurus, lalu membukanya, membuang pohon dan ranting, membersihkan rumput liar, lalu mencangkul untuk menggemburkan tanahnya, dan menanaminya. Merekah lah para ihyaul mawat,  para pionir menghidupkan yang mati. Tentunya ini suatu pekerjaan yang sangat diridhoi Allah SWT. 

******



[1]Elias Hasket Derby (1739-1799; seorang pedagang kaya AS dan pertama berdagang langsung ke China).

[2]Thomas Jefferson (1743 -1826, Presiden AS).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar